Tatah, adalah salah satu tahapan utana atau paling penting dalam proses pembuatan Wayang Kulit. Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, setidaknya ada 16 jenis macam jenis tatahan. Masing-masing jenis tatahan itu diperuntukkan bagi pembuatan ornament tertentu, pada bagian tubuh wayang tertentu pula.
Berikut adalah jenis-jenis tatahan pada seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta dan Yogyakarta :
1. Tatahan Tratasan
Tatahan jenis ini adalah untuk membuat pola semacam garis, baik garis lurus maupun yang melengkung lebar dan menyudut. Tatahan Tratasan hampir selalu diselang-seling dengan tatahan Bubukan, dengan maksud agar kulit di bagian yang ditatah itu tidak mudah patah atau robek.
2. Tatahan Bubukan
Jenis tatahan ini adalah berupa lubang-lubang kecil berderet, yang digunakan untuk membuat kesan gambaran garis. Biasanya tatahan Bubukan diseling dengan tatahan Tratasan. Tatahan berseling antara Tratasan dan Bubukan ini juga disebut tatahan lajuran atau tatahan lajur.
3. Tatahan Untu Walang
Tatahan jenis ini berupa garis-garis terputus. Tatahan Untu Walang lebih lembut dari hasil tatahan tratasan. Alat yang digunakan untuk membuat tatahan untuk walang adalah tatah trentenan. Di daerah Yogyakarta dan sekitarnya, tatahan Untu Walang disebut tatahan semut ulur.
4. Tatahan Bubuk Iring atau Buk Iring
Berupa lubang-lubang yang membentuk deretan seperti huruf U. Biasanya tatahan ini digunakan untuk mengerjakan bagian wayang yang disebut ulur-ulur dan uncal kencana. Tatahan ini juga sering disebut bubuk ring atau bubukan iring.
5. Tatahan Kawatan
Biasa juga disebut tatahan Gubahan. Tatahan jenis ini digunakan untuk ‘mengisi’ sumping, bagian praba dan gruda mungkur.
6. Tatahan Mas-Masan
Bentuknya berupa deretan selang-seling antara titik dan koma. Biasanya digunakan untuk mengerjakan bagian uncal kencana, sumping, gruda mungkur, kalung dan jamang.
7. Tatahan Sumbulan
Biasanya dikombinasikan dengan tatahan mas-masan, digunakan untuk mengerjakan bagian kalung, jamang dsb.
8. Tatahan Intan-intan
Biasa juga disebut tatahan intan-intanan. Digunakan untuk ‘mengisi’ bagian sumping, berselang-seling dengan tatahan kawatan. Bentuk tatahan ini seperti bunga mekar, tetapi hanya separuh.
Tatahan peraga Wayang Kulit Purwa dianggap baik dan berhasil jika memenuhi syarat tertentu, yang disingkat dengan akronim Mawo Serekuh, yakni Mapan, Wijang, Semu, Resik dan Kukuh. Selain syarat tersebut, ada juga yang memberi syarat hampir sama yakni, Padang, Wijang, Ngukel, Semu dan Wulet.
Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia