Satyawati (Durgandini)

0

Satyawati atau biasa juga disebut Durgandini atau Gandhawati adalah salah satu tokoh yang muncul dalam wiracarita Mahabharata. Ia adalah istri Prabu Santanu, kakek buyut Pandawa dan Korawa. Ia memiliki dua orang putera yaitu Citranggada dan Wicitrawirya.

Dikisahkan, seorang raja bernama Basuparisara yang bertakhta di Kerajaan Chedi memiliki permaisuri bernama Girika. Pada Suatu hari, raja tersebut pergi berburu, di tengah hutan ia melihat bunga bermekaran, kemudian ia teringat akan kecantikan wajah istrinya. Tanpa sadar air kama-nya menetes, kemudian sang Raja menampungya pada sehelai daun. Basuparisara kemudian memanggil seekor elang bernama Cyena, diperintahkannya burung tersebut untuk mengantarkan air kama tersebut kepada permaisurinya.

Namun di tengah jalan, air kama yang ditampung dalam daun jatuh di sungai Yamuna. Di Sungai tersebut, hidup seekor ikan besar yang merupakan penjelmaan bidadari yang sedang mengalami kutukan. Air kama yang jatuh tersebut di telan oleh ikan jelmaan tersebut hingga ikan tersebut hamil.

Di tepi sungai Yamuna, hidup keluarga nelayan yang dikepalai oleh seorang yang bernama Dasabala. Suatu hari sesuai dengan pekerjaannya, Dasabala pergi untuk menangkap ikan. Ia pun berhasil menangkap ikan besar yang telah menelan air kama raja Basuparisara. Ikan terbut pun tidak dimakan, hingga akhirnya dari perut ikan keluarlah dua bayi, yaitu laki-laki dan perempuan. Sang ikan kemudian berubah menjadi seorang bidadari dan kembali ke surga. Oleh Dasabala, kedua bayi tersebut diserahkan kepada Raja Basuparisara. Bayi laki-laki tersebut diberi nama Matsyapati yang kemudian menjadi Raja Kerajaan Wirata, sedangkan bayi perempuan dikembalikan lagi kepada Dasabala oleh Basuparisara karena baunya amis. 

Bayi Perempuan tersebut kemudian diberi nama Durgandini karena baunya yang amis seperti ikan. Durgandini oleh orangtuanya diberi tugas untuk menyeberangkan orang di sungai Yamuna.

Suatu hari,  Begawan Parasara, putera Bagawan Cakri, berdiri di tepi Sungai Yamuna, ia ingin menyeberang sungai. Maka datanglah Satyawati untuk menyeberangkan Parasara di sungai Yamuna. Dalam perjalanan tersebut, mereka saling berbincang-bincang. Durghandini pun menceritakan bahwa ia memiliki penyakit yang menyebabkan badannya berbau amis. Ayahnya berpesan, jika ada lelaki yang bisa menyembuhkan penyakitnya, boleh dijadikan suami. Parasara yang memang terpikat oleh kecantikan Satyawati, bersedia menyembuhkan penyakitnya. Bagawan Parasara meraba kulit Satyawati dan tak selang berapa lama, bau semerbak tersebar. 

Bagawan Parasara pun melamar Satyawati dan akhirnya pernikahan mereka dilangsungkan. Mereka menikmati malam pertamanya di atas perahu yang terapung sungai Yamuna. Palasara membuat kabut gelap yang tebal agar tidak ada orang lain yang melihatnya. Dari hubungan mereka lahirlah Byasa atau Abiyasa, yang menjadi kakek para Pandawa dan Korawa.

Setelah Byasa lahir, mereka hidup bahagia bersama, namun Palasara kerap pergi untuk berguru dan bersemedi untuk memperdalam ilmunya. Hingga suatu saat, datanglah Prabu Santanu yang penasaran dengan kabar bahwa di sekitar sungai Yamuna tersebar bau yang sangat harum. Ia pun pergi ke sungai Yamuna dan menemukan sumber bau harum dari seorang gadis desa di sekitar sungai Yamuna tersebut. Prabu Santanu pun jatuh cinta dan hendak melamar Durgandini

Namun orangtua Durgandini memberikan Syarat, apabila puterinya hendak dijadikan permaisurinya, maka ia harus diperlakukan sesuai dengan Dharma dan keturunan Durgandini yang harus menjadi penerus takhta. Mendengar Syarat tersebut, Prabu Santanu kembali pulang dengan perasaan kecewa dan menahan sakit hati. Ia bingung, karena sebenarnya Sang Raja sudah mempersiapkan puteranya, Dewabrata (Bisma) untuk menjadi penerusnya. Prabu Santanu bahkan jatuh sakit karena terus memikirkan gadis pujaannya tersebut.

Dewabrata yang melihat ayahnya sakit, penasaran gerangan apa yang menyebabkan ayahnya sakit, ia pun menyelidikinya. Dewabrata bertanya kepada kusir yang mengantar ayahnya jalan-jalan. Dari Sang Kusir ia mendapatkaninformasi bahwa ayahnya jatuh cinta kepada seorang gadis di sekitar sungai Yamuna. Dewabrata pun segera berangkat ke sungai Yamuna, ia mewakili ayahnya untuk melamar Durgandini. Ia menerima segala syarat yang diajukan Dasabala. Bahkan ia bersumpah bahwa ia tidak akan menikah seumur hidup dan tidak akan meneruskan takhta kerajaan, agar nantinya tidak terjadi perebutan kekuasaan antara keturunannya dengan keturunan calon ibu tirinya tersebut. Sejak saat itu, nama Dewabrata berubah menjadi Bisma. Akhirnya Prabu Santanu dan Durgandini pun menikah. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang putera bernama Chitranggada dan Wicitrawirya.

Sesuai dengan persyaratan yang diajukan ayah Satyawati, puteranya lah yang menjadi penerus takhta, namun kedua puteranya meninggal dalam usia yang masih muda, dan belum sempat memberikan keturunan sebagai penerus takhta kerajaan Kuru. Satyawati kemudian meminta Byasa, puteranya dengan Palasara untuk mengadakan upacara kepada para janda puteranya agar mendapatkan keturunan. Byasa pun menyanggupi permintaan ibunya, lahirlah Destrarastra dari Ambika, Pandu dari Ambalika dan Yamawidura dari seorang dayang yang mewakili Ambika dan Ambalika karena sudah tidak mau menghadap Bisma. 

 

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply