Irah-Irahan Wayang

0

Irah-irahan wayang dalam dunia pewayangan adalah sebutan bagi penutup kepala. bentuk-bentuk sanggul dan bentuk rambut. Istilah irah-irahan Wayang bukan hanya  digunakan dalam seni Kriya Wayang Kulit Purwa, Wayang golek Purwa, Wayang Madya, Wayang Wa-sana juga pada perlengkapan pakaian wayang Orang.Kata irah-irahan  berasal dari bahasa Jawa, kata ‘sirah’ artinya adalah kepala.

Bentuk irah-irahan wayang akan menentukan golongan mana tokoh wayang itu termasuk. Irah-irahan wayang golongan raja, berbeda dengan kerabatnya dan juga dengan para punggawanya.

Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta dan juga wayang Orang, jenis irah-irahan wayang adalah sebagai berikut :

 

  1. Makuta, yang artinya mahkota, adalah jenis irah-irahan wayang yang dikenakan oleh para raja. Makuta antar alain dikenakan oleh Prabu Kresna, Prabu Basudewa, Prabu Kresna Dwipayana, Prabu Baladewa dan Prabu Ramawijaya. Golongan Dewa dalam pewayangan yang mengenakan makuta diantaranya Batara Wisnu, Batara Bayu, batara Brama dan Batara Endra. selain itu, raja kera dan  raja raksasa pun ada yang mengenakan makuta, diantaranya Prabu Dasamuka dan Prabu Sugriwa.
  2. Topan – sebenarnya juga semacam mahkota, tetapi tidak tinggi seperti makuta, melainkan pendek seperti setengah bulatan. Oleh karena itu, topong juga sering disebut topong makuta, atau makuta topong. Pemakai topong makuta diantaranya adalah Batara Guru, Sang Hyang Antaboga, adipati karna, Prabu Matswapati, Prabu Sentanu dan Prabu Dasarata.
  3. Ketu, juga semacam mahkota dalam bentuk yang lebih sederhana. Pemakai irah-irahan wayang  berbentuk ketu diantaranya adalah Batara Narada, batara Yamadipati, Resi Drona dan Citraksi. selain bentuk ketu yang biasa, dalam pewayangan juga dikenal adanya ketu yang khas yang disebut ketu Udeng. Pemakai ketu udeng diantaranya adalah Patih Sengkuni, Patih Pragota, Aswatama, kapi Jembawan dan Patih Udawa. Ada lagi yang disebut ketu depak yang bentuknya bulat lonjong.
  4. Sorban Mekena – merupakan bentuk stilir dari sorban, sehingga bentuknya menjadi seperti rumah keong. Itulah sebabnya, sorban mekena yang bentuknya benar – benar seperti keong juga disebut keong keyongan. Pemakai sorban mekena, diantaranya adalah Batara Kala, Batara Surya, Begawan Abiyasa dan Resi Bisma.
  5. Pogok Blangkon, atau kopiyah – dipakai antara lain oleh tokoh wayang raksasa Cakil dan beberapa punggawa.


Dalam seni Kriya wayang kulit maupun Orang, gelung rambut (sanggul), dan rambut ngore (rambut digerai lepas ) juga tergolong irah-irahan wayang, karena menyangkut soal kepala.

 

Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply