Irah-irahan wayang dalam dunia pewayangan adalah sebutan bagi penutup kepala. bentuk-bentuk sanggul dan bentuk rambut. Istilah irah-irahan Wayang bukan hanya digunakan dalam seni Kriya Wayang Kulit Purwa, Wayang golek Purwa, Wayang Madya, Wayang Wa-sana juga pada perlengkapan pakaian wayang Orang.Kata irah-irahan berasal dari bahasa Jawa, kata ‘sirah’ artinya adalah kepala.
Bentuk irah-irahan wayang akan menentukan golongan mana tokoh wayang itu termasuk. Irah-irahan wayang golongan raja, berbeda dengan kerabatnya dan juga dengan para punggawanya.
Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta dan juga wayang Orang, jenis irah-irahan wayang adalah sebagai berikut :
- Makuta, yang artinya mahkota, adalah jenis irah-irahan wayang yang dikenakan oleh para raja. Makuta antar alain dikenakan oleh Prabu Kresna, Prabu Basudewa, Prabu Kresna Dwipayana, Prabu Baladewa dan Prabu Ramawijaya. Golongan Dewa dalam pewayangan yang mengenakan makuta diantaranya Batara Wisnu, Batara Bayu, batara Brama dan Batara Endra. selain itu, raja kera dan raja raksasa pun ada yang mengenakan makuta, diantaranya Prabu Dasamuka dan Prabu Sugriwa.
- Topan – sebenarnya juga semacam mahkota, tetapi tidak tinggi seperti makuta, melainkan pendek seperti setengah bulatan. Oleh karena itu, topong juga sering disebut topong makuta, atau makuta topong. Pemakai topong makuta diantaranya adalah Batara Guru, Sang Hyang Antaboga, adipati karna, Prabu Matswapati, Prabu Sentanu dan Prabu Dasarata.
- Ketu, juga semacam mahkota dalam bentuk yang lebih sederhana. Pemakai irah-irahan wayang berbentuk ketu diantaranya adalah Batara Narada, batara Yamadipati, Resi Drona dan Citraksi. selain bentuk ketu yang biasa, dalam pewayangan juga dikenal adanya ketu yang khas yang disebut ketu Udeng. Pemakai ketu udeng diantaranya adalah Patih Sengkuni, Patih Pragota, Aswatama, kapi Jembawan dan Patih Udawa. Ada lagi yang disebut ketu depak yang bentuknya bulat lonjong.
- Sorban Mekena – merupakan bentuk stilir dari sorban, sehingga bentuknya menjadi seperti rumah keong. Itulah sebabnya, sorban mekena yang bentuknya benar – benar seperti keong juga disebut keong keyongan. Pemakai sorban mekena, diantaranya adalah Batara Kala, Batara Surya, Begawan Abiyasa dan Resi Bisma.
- Pogok Blangkon, atau kopiyah – dipakai antara lain oleh tokoh wayang raksasa Cakil dan beberapa punggawa.
Dalam seni Kriya wayang kulit maupun Orang, gelung rambut (sanggul), dan rambut ngore (rambut digerai lepas ) juga tergolong irah-irahan wayang, karena menyangkut soal kepala.
Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia