Dalam dunia pewangan dikenal istilah sedulur papat lima pancer, sedulur papat adalah punokawan, dan lima pancer adalah ksatria (ksatria Pandawa). Hal ini berarti bahwa istilah sedulur papat lima pancer adalah simbolisasi dari ksatria dan empat abdinya.
Tokoh-tokoh Punokawan adalah Semar, dan ketiga anaknya, yakni Gareng,Petruk dan Bagong. Semar dikenal sebagai pengasuh sekaligus penasihat dari keturunan Saptaarga. Dalam cerita pewayangan, Punokawan merupakan pengawal setia para ksatria yang berwatak bijak/baik.
Dalam pertunjukkan wayang kulit, keempat tokoh ini biasanya muncul dalam goro-goro. Hadirnya mereka sering menimbulkan gelak tawa para penonton. Oleh para dalang, punokawan ini memang diperankan dengan lelucon. Tetapi dibalik lelucon mereka, sebenarnya terselip nasihat, saran dan kritikan.
Oleh karena itu, Punokawan memegang peranan penting, karena mereka sering menjadi penentu arah para ksatria yang dikawalnya.
Semar memiliki bentuk fisik yang unik dan penuh makna. Bentuk fisiknya bentuk fisiknya seolah-olah merupakan symbol penggambaran jagad raya Salah satu cirri fisiknya adalah berkuncung putih , kuncung putih itu sebagai symbol atau memiliki arti pikiran, gagasan yang jernih atau cipta.
Gareng memiliki ciri fisik bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ketiga cirri fisik itu memili arti atau meyimbolkan rasa. Mata kero brarti kewaspadaan, tangan cekot berarti ketelitian dan kaki pincang adalah kehati-hatian.
Kedua tangan petruk menjadi cirri khasnya. Tangan depan menunjuk, memillih apa yang dikehendaki, dan tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Ini menyimbolkan atau berarti kehendak,keinginan dan karsa.
Kelima jari Bagong terbuka lebar yang menyimbolkan selalu bersedia untuk bekerja keras.