Setelah Kresna mengurungkan niatnya untuk menghabisi Bisma, Pandawa dan Kresna mendatangi kemah Bisma untuk mencari kelemahannya. Bisma tahu bahwa kedatangan Pandawa dan Kresna maksud kedatangan cucu-cucunya tersebut. Ia pun menyambut kedatangan para Pandawa dan Kresna dengan ramah. Saat Yudhistira bertanya apa yang harus mereka lakukan agar bisa menaklukkan kakek yang sangat mereka hormati tersebut, Bisma menjawab bahwa ia tidak akan menyerang seseorang yang telah membuang senjata dan yang terjatuh dari kereta perangnya.Ia juga tidak akan menyerang musuh yang senjatanya terlepas dari tangan , bendera lambang kebesarannya hancur, orang yang melarikan diri, orang yang dalam keadaan ketakutan, orang yang takhluk dan mengatakan bahwa menyerah, dan juga tidak akan menyerang seorang wanita, seseorang yang namanya seperti wanita, orang yang lemah dan tak mampu menjaga diri dan orang yang hanya memiliki seorang anak lelaki, atau pun orang yang sedang mabuk.
Bisma kemudian melanjutkan, jika pihak Pandawa ingin mengalahkannya, merek aharus menempatkan seseorang yang membuat Bisma enggan bertarung di depan kereta Arjuna seperti yang ia ungkapkan, karena Bisma yakin bahwa hanya Arjuna dan Kresna yang mampu mengalahkannya.
Dengan pedoman pernyataan Bisma, Kresna menyadarkan Arjuna akan kewajibannya. Pada hari ke sepuluh, Srikandi diminta untuk menyerang Bisma. Bisma pun tidak melawan serangan Srikandi, dan dibelakang Srikandi, arjuna telah siap menembakkan panah-panahnya dan melumpuhkan Bisma. Anak panah Arjuna menancap dan menembus baju zirah kakek yang sangat disanyangi dan dihormatinya. Bisma terjatuh dari kereta perangnya, namun tubuhnya tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh puluhan panah yang menancap di tubuhnya.
Bisma memiliki anugerah sehingga ia bisa menentukan waktu kematiannya Sendiri. Ia pun bisa menyaksikan hingga perang antara Pandawa dan Korawa berakhir. Menyaksikan kehancuran pasukan Korawa dan memberikan wejangan suci kepada Yudhistira. Setelah itu ia pun mengakhiri hidupnya.