Nila atau Anila adalah salah satu tokoh yang muncul dalam wiracarita Ramayana. Ia adalah salah satu prajurit wanara pilihan ketika membantu Rama membebaskan Sinta dari sekapan Rahwana. Dalam usaha pencarian Sinta, Anila berperan penting terutama dalam pembangunan jembatan Situbanda, ia merancang struktur jembatan tersebut.
Dalam pertempuran besar di Alengka, Anila beserta pasukan Wanara yang lain berhasil menumpas para rakshasa, pasukan Alengka. Anila juga berhasil membunuh Prahasta yang menggunakan senjata gada, pertarungan keduanya berlangsung sengit karena keduanya sama-sama sakti. Akhirnya Nila mengangkat batu besar sekali dan menjatuhkannya di atas kepala Prahasta, sehingga Prahasta tewas seketika.
Dalam Pewayangan Jawa, dikisahkan saat Hanoman menghadap Bathara Guru untuk diakui sebagai puteranya, Batara Narada tertawa sambil menyindir Batara Guru. Batara guru yang merasa tersindir , mengambil daun nila dan dilemparkan ke punggung Batara Narada. Daun nila tersebut menjadi seekor kera berbadan pendek dan berbulu biru tua yang menempel di punggung Batara Narada.
Batara Narada kemudian meminta ampun kepada Batara Guru, dan meminta agar kera tersebut lepas dari punggungnya. Batara Guru kemudian berkata, bahwa untuk melepaskan kera tersebut dari tubuhnya yaitu dengan cara mengakui kera tersebut sebagai puteranya.
Kejadian itu disaksikan oleh para dewa yang lain, mereka tertawa melihat kejadian tersebut. Karena malu, Batara Narada kemudian meminta kepada Batara Guru agar memerintahkan para dewa yang lain untuk memuja keranya masing-masing seperti yang dilakukan Batara Narada. Maka lahirlah kera-kera pujaan para dewa. Wanara-wanara tersebut antara lain adalah Kapi Sempati, pujaan bathara Indra, kapi Anggeni pujaan Bathara Brahma, Kapi Menda, Kapi Baliwisata, dan Kapi Anala pujaan Batara Yamadipati. Kera-kera tersebut kemudian dikirim ke raja kera di Gua Kiskenda di bawah pimpinan Anila. Anila diangkat menjadi patih sekaligus ahli seni bersama Kapi Nala dan Kapi Anala.
Kapi Anila berhasil membunuh Patih Prahasta (patihnya Dasamuka) dengan cara mengadu kepalanya dengan tugu batu yang ada di perbatasan negeri Alengka. Tugu tersebut adalah pujaan Dewi Indradi yang terkutuk pada peristiwa Cupu Manik. Anila juga lah yang membebaskan Dewi Indradi dari kutukannya.