Antasena

0

Anantasena atau Antasena dalam cerita pewayangan adalah putera bungsu dari Bimasena (Werkudara)  dengan Dewi Urangayu puteri Bathara Mintuna. Antasena memiliki saudara lain ibu yaitu Antareja dan Gatotkaca. Dalam wiracarita Mahabharata, tokoh Antasena sebenarnya tidak ada. Antasena dalam pewayangan Jawa digambarkan sebagai sosok yang polos, lugu, namun teguh dalam pendirian. Dalam berbicara kepada siapapun, ia tidak pernah menggunakan basa krama. Ia merupakan anak Bima yang paling sakti yang mampu terbang seperti Gatotkaca, amblas ke bumi dan menyelam di dalam air, serta kulitnya dilindungi sisik udang yang membuat dia kebal terhadap semua jenis senjata.

Bima meninggalkan Urangayu saat Antasena masih di dalam kandungan untuk kembali ke negeri Amarta. Ia diasuh dan dibesarkan oleh ibu dan kakeknya di Kisik Narmada. Bersamaan dengan lahirnya Antasena, kahyangan Suralaya sedang diserang angkatan dari Girikadasar di bawah kekuasaan raja Kalalodra. Antasena yang masih kecil berhasil membinasakan Raja raksasa itu. Dengan keberhasilan Antasena, kakeknya Resi Mintuna diangkat menjadi dewa penguasa ikan, bergelar Batara Baruna.

Saat Resi Bisma mengadakan perlombaan untuk membuat sungai menuju bengawan Gangga. Cucunya, Korawa dan Pandawa saling bersaing, Werkudara dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang dipimpin Antasena berhasil membuat sungai yang oleh Resi Bisma diberi nama Sungai Serayu. Sedangkan Kurawa hanya berhasil membuat sungai yang tembus ke sungai Serayu, dan sungai itu diberi nama Kewaling atau terbalik. Dalam pedalangan, Kelawing juga disebut Kali Cingcinggoling.

Tentu saja, Korawa sakit hati karena mengalami kekalahan. Keinginan untuk membinasakan Pandawa pun muncul kembali. Korawa kemudian bersekutu dengan raja Girisamodra, Prabu Gangga Trimuka. Atas bujuk Sengkuni , Gangga Trimuka akan menguasai Tribuwana apabila ia bisa membunuh Pandawa. Gangga Trimuka kemudian menangkap Pandawa dan dipenjarakan di dalam gedung kaca bernama Kongedah, hingga mereka mati.

Mengetahui pandawa dipenjara, Antasena langsung melabrak raja Girisamodra dan membinasakannya dengan belai upas. Para Pandawa kemudian dihidupkan kembali oleh Antasena dengan Cupu Madusena, pusaka pemberian kakeknya. Girisamodra kemudian diberikan kepada Antasena. Antasena kemudian menikah dengan sepupunya, puteri Arjuna yang bernama Janakawati.

Menjelang perang Bharatayuddha, Antasena bersama sepupunya Wisanggeni menghadap Sanghyang Wenang untuk meminta restu ke kahyangan Alang-alang Kumitir. Namun Sanghyang Wenang justru mengatakan, bahwa kemenangan akan berada di pihak Pandawa jika mereka tidak turut serta dalam pertempuran di Kurukhsetra. Akhirnya Antasena dan Wisanggeni memutuskan untuk tidak kembali ke dunia, keduanya mengheningkan cipta, dan  akhirnya moksa besama Jasadnya di kahyangan Sanghyang Wenang.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply