Dewi Supraba

0

Dewi Supraba adalah salah satu tokoh yang muncul dalam wiracarita Mahabharata. Ia adalah bidadari dari kahyangan Jonggringsaloka dan dianggap sebagai ratu para bidadari lainnya. Dewi Supraba sering disebut sebagai puteri bungsu Batara Indra, namun sesungguhnya ia berasal dari cahaya yang kemudia pecah menjadi tujuh rupa, yaitu Supraba, Tilottama, Warsiki,Surendra,Gagarmayang,Tunjungbiru dan Lenglengmulat.

Dewi Supraba digambarkan sebagai bidadari yang paling cantik, sehingga ia menjadi incaran para asura dan raksasa yang kemudian menyerbu dan merusak kahyangan jika lamaran mereka ditolak. Para raksasa yang berniat menyuntingnya antara lain adalah Prabu Naga Pracona, Prabu Nilarudraka, dan Prabu Niwatakawaca.

Salah satu lakon terkenal yang melibatkan Dewi Supraba di dalamnya adalah Arjunawiwaha. Dikisahkan, Supraba beserta enam bidadari lainnya mendapatkan tugas untuk menggoda Arjuna yang sedang melakukan tapa di puncak Gunung Indrakila. Namun keteguhan hati Arjuna tidak tergoyahkan, dan usaha ketujuh bidadari itu pun sia-sia.

Dengan keteguhan hatinya itu lah Arjuna mendapatkan anugerah pusaka sakti yaitu panah Pasupati dari Batara Guru. Namun, Arjuna juga mendapat tugas untuk menghancurkan kekuatan Prabu Niwatakawaca yang ingin menghancurkan kahyangan jika lamaran kepada Dewi Supraba di tolak.

Arjuna menerima tugas yang diembankan kepadanya. Ia ditemani oleh Dewi Supraba turun ke kerajaan Manimantaka untuk mencari tahu kelemahan Prabu Niwatakawaca.Setibanya di istana raksasa tesebut, tenyata disana sedang diadakan persiapan perang untuk melawan para dewata.

Supraba mendapat tugas untuk merayu Prabu Niwatakawaca agar sang raksasa mau mengatakan apa yang menjadi titik lemahnya. Supraba sebenarnya merasa ragu dan takut, namun dengan dukungan Arjuna akhirnya ia mau menjalankan tugasnya.

Supraba masuk ke sanggar mestika, di tengah-tengah halaman istana, dan Arjuna mengikutinya dengan aji agar ia tidak terlihat oleh siapapun. Beberapa dayang yang sedang bercengkerama di taman itu mengetahui kedatangan Supraba dan menyambutnya dengan gembira. Dua orang dayang kemudian menghadap raja Niwatakawaca dan memberitahu kedatangan Dewi Supraba.

Niwatakawaca dengan penuh rasa bahagia segera menuju taman sari dan meniman dengan memangku Supraba. Supraba berusaha menolak segala desakan Niwatakawaca yang penuh nafsu birahi dengan halus dan memohon agar sang raja menunggu fajar menyingsing.

Supraba kemudian mencoba merayu dengan memuji kesaktian Niwatakawaca. Ia kemudian bertanya anugerah apa yang ia dapatkan hingga ia memiliki kesaktian yang luar biasa. Sang raja terbujuk oleh rayuan Supraba, ia pun akhirnya membeberkan rahasianya bahwa ujung lidahnya merupakan tempat kesaktiannya.


Setelah mendengar pengakuan Niwatakawaca, Arjuna kemudian meninggalkan persembunyiannya dan menghancurkan gapura istana untuk mengalihkan perhatian sang raja. Niwatakawaca terkejut mendengar kegaduhan itu, dan Supraba menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri bersama Arjuna.

Mengetahui bahwa ia tertipu, meluaplah kemarahan sang raja, ia kemudian memerintahkan pasukannya untuk segera berangkat menyerang kahyangan. Sementara itu, kahyangan tengah bergembira karena mereka sudah tahu kelemahan Niwatakawaca. Arjuna dan Bathara Indra pun sudah tahu senjata apa yang bisa mengalahkan rasa raksasa tersebut.

Terjadilah pertempuran sengit antara pasukan raksasa dan pasukan kahyangan. Namun akhirnya Arjuna berhasil membunuh Niwatakawaca dengan panah pasopati pemberian Bathara Guru.

Atas jasanya tersebut, Arjuna mendapatkan penghargaan dari kahyangan. Selama tujuh hari (hari menurut kahyangan), Arjuna duduk di singgasana Bathara Indra, dan ia mendapat hadiah tujuh bidadari yang dinikahinya secara bergantian. Pada hari pertama ia menikah dengan Supraba. Supraba mendapat giliran pertama karena ia sudah menempuh perjalanan yang penuh bahaya.Dari pernikahannya dengan Arjuna, Supraba memiliki seorang putera yang bernama Prabakusuma.

Namun dalam versi lain diceritakan, dari pernikahan itu mereka dikarunia dua orang puteri kembar yang bernama Pergiwa dan Pergiwati.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply