Dewi Utari adalah puteri bungsu Prabu Matswapati dari Kerajaan Wirata dengan Dewi Rekatawati. Ia memiliki tiga saudara, yakni Seta, Utara dan Wratsangka.
Sebenarnya, Prabu Matswapati ingin menikahkan Dewi Utari dengan Arjuna, tetapi ksatria pandawa itu menolak. Arjuna mengatakanbahwa ia sudah menganggap Utari sebagai anaknya sendiri. Kemudian Arjuna mengusulkan agar Utari dinikahkan dengan puteranya, Abimanyu. Usul itu pun disetujui raja Wirata itu.
Saat Pandawa menjalani masa penyamaran selama satu tahun, Arjuna menyamar menjadi guru tari istana dengan nama Kendi Wrahatnala, dan Utari saat itu menjadi murid utamanya.
Utari akhirnya menikah dengan Abimanyu, anak Arjuna. Usia mereka sebenarnya berbeda cukup jauh, Utari lebih tua. Perkawinan itu diselenggarakan melalui sebuah sayembara. Barang siapa yang sanggup mengangkat dan menggendong Dewi Utari, maka ialah yang berhak menjadi suaminya.
Banyak raja dan pangeran yang mencoba untuk mengikuti sayembara itu, namun tak seorang pun yang sanggup mengangkat putrid cantik itu. Hal itu disebabkan karena Dewi Utari adalah puteri yang mendapat wahyu Hidayat, sehingga hanya orang yang mempunyai Wahyu Cakraningrat yang akan mampu menggendongnya.
Pemilik Wahyu Cakraningrat adalah Abimanyu. Akhirnya hanya ia lah yang sanggup memenuhi syarat sayembara itu. Abimanyu berhak mempersunting Dewi Utari.
Perkawinan ini pada mulanya dilakukan Abimanyu tanpa sepengetahuan istri pertama, Siti Sundari, puteri Prabu Kresna. Abimanyu bahkan berbohong pada Dewi Utari dengan mengatakan bahwa ia seorang perjaka. Namun Dewi Utari curiga, apakah benar calon suaminya itu masih perjaka. Putera Arjuna itu pun bersumpah jika dia berbohong, maka kelak dalam Baratayuda dirinya akan mati dikeroyok musuh.
Ucapannya itu ternyata terbukti. Dalam Baratayuda, Abimanyu benar-benar gugur secara menyedihkan akibat dikeroyok para Kurawa.
Ketika suaminya gugur, Dewi Utari dalam keadaan mengandung tua. Anak yang kemudian lahir diberi nama Parikesit dan menjadi pewaris takhta Astina.