Dropadi

0

Dropadi atau Drupadi adalah puteri sulung Prabu Drupada, raja negeri  Pancala atau Cempalaradya. Ia memiliki nama sebutan lain yaitu Dewi Krisna dan Dewi Pancali.

Dropadi dikisahkan lahir dari hasil Putrakama Yadnya, yakni ritual memohon putera yang dilakukan Prabu Drupada.  Dikisahkan, Drupada dipermalukan oleh Drona. Untuk membalas dendam, Drupada menyelenggarakan Putrakama Yadnya. Putera atau puteri yang lahir nanti akan digunakan untuk membalas dendam kepada Drona. Dari upacara tersebut, lahirlah seorang putera yang diberi nama Drestadyumna dan seorang puteri yang bernama Drupadi.

Setelah Drupadi beranjak dewasa, ayahnya, Prabu Drupada membuat sayembara untuk mencarikan jodoh untuk puterinya tersebut.

Ada dua versi mengenai sayembara Dropadi ini. Menurut versi Mahabharata, dalam sayembara itu diumumkan, barangsiapa dapat menentang Gendewa Pusaka, yaitu busur panah milik kerajaan Pancala, akan dikawinkan dengan Dewi Drupadi.

Dalam sayembara tersebut, sebenarnya Adipati Karna berhasil mementang Gandewa Pusaka, tetapi sebelum Karna menggunakannya untuk memanah sasaran yang ditentukan, Dewi Drupadi langsung menolak dengan berucap: “ Aku seorang puteri raja. Mana mungkin aku akan menikah dengan seorang berdarah suta?”

Mendengar ucapan itu, Karna langsung keluar dari Istana. Maka, Arjuna lah yang berhak membawa Dropadi  untuk dipersunting, karena ia juga berhasil mementang Gandewa Pusaka dan memanah sasaran yang ditentukan dengan tepat.

Menurut versi pewayangan Jawa, barangsiapa yang berhasil mengalahkan Patih Gandamana, maka ia berhak memperistri Dewi Drupadi. Banyak peserta yang gagal, Bima akhirnya turun ke gelanggang dan berhasil mengalahkan Patih Gandamana. Menjelang ajalnya, Gandamana mewariskan Aji Wungkal Bener dan Bandung Bandawasa kepada Bima. Saat itu, Bima sebenarnya tampil atas nama kakak sulungnya, Yudhistira.

Dewi Drupadi akhirnya diboyong oleh Pandawa untuk dinikahkan kepada Yudhistira. Para Pandawa segera menghadap Dewi Kunti, ibu mereka dan mengatakan bahwa mereka membawa buah tangan. Tanpa menoleh dan menanyakan apa yang dimaksud dengan buah tangan yang mereka bawa, Kunti segera menjawab, “Syukurlah, bagi saja hadiah itu yang adil  di antara kalian berlima.” Mendengar ucapakan Dewi Kunti, Dewi Drupadi akhirnya menjadi istri kelima Pandawa.

Dari pernikahan dengan kelima Pandawa, Dropadi mempunyai lima orang putera yang disebut Pancawala atau Pancakumara :
1.Pratiwinda ( Yudhistira)
2.Sutasoma (Bima)
3.Srutakirti (Arjuna)
4.Satanika (Nakula)
5.Srutakama (Sadewa)

Dalam dunia pedalangan Wayang Kulit Purwa, Drupadi hanya menjadi istri Puntadewa. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang putera yang diberi nama Pancawala.

Meskipun merupakan puteri kerajaan, Setelah menjadi istri dari Pandawa, Drupadi mengikuti kemanapun suaminya  pergi baik suka maupun duka. Dewi Drupadi adalah wanita yang setia dan tahan akan segala macam penderitaan, namun berlidah tajam.

Selain pernah menolak Karna karena berdarah Suta, Drupadi juga pernah mempermalukan Duryudana dan para Korawa. Peristiwa itu terjadi saat Pandawa selesai melaksanakan upacara Sesaji Rajasuya.

Setelah Pandawa berhasil membangun negara Amarta, dan Yudhistira diangkat menjadi raja Amarta Yudhistira melaksanakan upacara Rajasuya yang dihadiri oleh seluruh ksatria di penjuru Bharatawarsha diundang termasuk Doryudana.

Doryudana dan Dursasana terkagum-kagum dengan keindahan istana Indraprastha. Duryudana pernah menabrak pintu kaca, yang dikiranya pintu terbuka. Raja Astina ini juga pernah tercebur kolam yang dikiranya lantai licin mengkilat. Menyaksikan yang terjadi pada Duryudana, Drupadi menertawakannya sambil berkata , “ Pantas saja, anaknya orang buta, ..tingkah lakunya juga seperti orang buta, tidak dapat membedakan mana air mana lantai licin.” Ucapan Drupadi jelas membuat merah padam, malu bercampur marah.

Sakit hati Duryodana atas penghinaan Drupadi, diceritakannya kepada pamannya, Sengkuni. Maka atas usul Sengkuni, Duryudana mengundang Yudhistira untuk bermain dadu. Yudhistira yang memang suka bermain dadu, tanpa curiga ia menerima undangan saudara sepupunya tersebut.

Dalam permainan dadu tersebut, pada awalnya Yudhistira menang, namun dengan kelicikan dan kecerdikan Sengkuni, Yudhistira kalah hingga akhirnya harus mempertaruhkan, harta, istana dan kerajaannya. Sampai akhirnya setelah semua harta, istana dan kerajaan berhasil diambil oleh Kurawa, Yudhistira dipaksa untuk mempertaruhkan saudara-saudaranya.

Yudhistira pun juga masih kalah, sampai akhirnya Dropadi diminta untuk hadir dalam arena judi. Dropadi menolak permintaan itu, tetapi Dursasana dengan paksa menyeret Drupadi ke arena permainan. Adipati Karna yang juga merasa sakit hati, memanas-manasi Dursasana agar menelanjangi Drupadi.

Dihadapan para Pandawa, Drupadi dipermalukan. Dursasana berusaha menelanjangi Drupadi dengan menarik kain yang dikenakannya. Namun, dengan pertolongan Bathara Darma, setiap Dursasana menarik kain yang dikenakan Drupadi, selalu muncul kain baru yang menyelimuti tubuhnya. Berulang kali itu dilakukan Dursasana, tetapi kain itu tidak ada habisnya.

Ketika itulah, Dewi Drupadi bersumpah tidak akan menyanggul rambutnya sebelum dikeramas dengan darah Dursasana.
Sumpah Dewi Drupadi dan kutukannya terhadao Dursasana akhirnya terlaksana.  Dalam Baratayuda Bima berhasil membunuh Dursasana, lalu merobek mulutnya. Bima juga membawa darah Dursasana dan kemudian diberikan pada Dewi Drupadi untuk mengeramas rambutnya.

Karena kalah dari permainan dadu tersebut, para Pandawa dan Dropadi menjalani masa pembuangan selama 12 tahun dan masa penyamaran selama satu tahun. Pada awalnya, Korawa hendak menahan Dropadi, tidak dibolehkan mengikuti suaminya. Mereka ingin berpuas-puas melampiaskan dendamnya pasa istri Puntadewa itu.

Namun untunglah Resi Bisma saat itu segera bertindak. Bisma bertanya kepada Duryudana, apakah ia boleh ikut menikmati kemenangan judi para Kurawa itu. Dengan segera Duryudana yang sedang mabuk kemenangan menjawab, “ Kakek Resi Bisma boleh memilihh apa saja dari semua kemenangan kami. Apakah negara Amarta, apakah daerah jajahannya, ataukah harta kekayaan Pandawa yang kami menangkan..”.

Resi Bisma akhirnya memilih Dropadi. Dan karenanya, Korawa menyerahkan Drupadi kepada Resi Bisma.

Kemudian Resi Bisma berkata, “ Karena Drupadi telah menjadi milikku, tentunya aku boleh berbuat apa saja terhadapnya,”.
Para Kurawa pun mengiyakannya.

“ Nah jika demikian Drupadi akan kuberikan kepada Puntadewa, suaminya.”

Dengan keputusan Bisma itu, akhirnya Bisma dapat berkumpul kembali bersama para Pandawa.

Pada awal masa pembuangan itu, Dewi Drupadi diculik oleh Jayadrata, salah seorang sekutu Korawa. Namun penculikan itu dipergoki oleh Arjuna dan Bima. Sebagai hukuman atas perbuatannya, Drupadi dan pandawa mempermalukan Jayadrata dengan menggunduli rambutnya. Hal ini menimbulkan dendam di hati Jayadrata.

Saat Pandawa menjalani masa penyamaran di Wirata, Drupadi menyamar sebagai pelayan permaisuri raja Wirata.

Setelah Parikesit diangkat menjadi penerus kerajaan Kuru, Drupadi mengikuti para Pandawa menjalankan perjalanan suci untuk menjemput kematian.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply