Dursala adalah putra Dursasana, salah seorang keluarga Kurawa. Ibunya bernama Dewi Saltani. Seperti sifat ayahnya, Dursala juga kurang memperhatikan sopan santun, suka bertindak sewenang-wenang terhadap orang yang lemah dan selalu menang sendiri.
Namun, meski melekat sifat-sifat buruk, Dursala tergolong tekun dalam menuntut berbagai ilmu kesaktian. Antara lain ia berguru pada Begawan Dona dan resi Pisyaca, seorang pendeta berujud raksasa, yang memberinya ilmu Aji Gineng.
Dalam lakon Aji Narantaka, Dursala dengan menggunakan Aji Gineng-nya dapat mengalahkan Gatotkaca. Tubuh ksatria Pringodani itu seolah remuk terkena hantaman Aji Gineng.
Peristiwa ini sebenarnya karena ulah para putra Pandawa yang dipimpin Gatotkaca, untuk mengadakan latihan perang di Tegal Kurukhsetra..
Kegiatan tanpa izin Pandawa ini membuat Prabu Duryudana marah dan mengutus Dursala membubarkan latihan perang itu. Terjadilah perang tanding antara Dursala dan Gatotkaca.
Dalam pertandingan itu, Gatotkaca kalah. Karena kekalahan itu, Gatotkaca lalu berguru pada Resi Seta, putera Prabu Matswapati dari Wirata, di Pertapaan Suhini, di lereng Gunung Selaperwata. Dari guru, yang juga masih terhitung kakeknya itu, Gatotkaca memperoleh ilmu Aji Narantaka. Segera gatotkaca pergi mencari Dursala.
Ketika keduanya berhadapan lagi, Gatotkaca menang. Akibat terkena Aji narantaka, tubuh Dursala hancur menjadi abu. Peristiwa ini terjadi beberapa waktu sebelum pecah Baratayuda.
Kematian Dursala benar-benar menyedihkan para Kurawa, karena sesungguhnya anak Dursasana itu sangat diharapkan menjadi salah satu senapati dalam baratayuda kelak.
Dursala kawin dngan Dewi Sumini. Perkawainan ini membuahkan seorang anak bernama Susena. Dalam Baratayuda, Susena selamat, karena waktu itu ia masih kecil. Karena sifat-sifatnya dapat dipercaya, kelak Susena menjadi salah seorang senapati Kerajaan Astina pada zaman pemerintahan Prabu Parikesit.