Gandamana merupakan tokoh asli ciptaan pujangga Jawa. Ia adalah adik Dewi Gandawati, permaisuri Prabu Drupada, raja kerajaan Cempalaradya (Pancala). Ayahnya bernama Prabu Gandabayu. Setelah kakaknya menjadi permaisuri, Gandamana diangkat menjadi Patih Cempalaradya. Namun sebelum itu, Gandamana pernah menjadi patih Kerajaan Astina, pada saat pemerintahan Prabu Pandu Dewanata.
Saat kakaknya, Dewi gandawati sudah beranjak dewasa, Gandamana lah yang memilihkan jodoh untuk kakaknya. Atas izin ayahnya, Gandamana mengadakan sayembara. Barang siapa yang sanggup mengalahkan Gandamana dalam pertandingan adu kesaktian, ia lah yang berhak mempersunting Dewi Gandawati.
Banyak raja dan pangeran yang mengikuti sayembara itu. Namun dari semuanya, hanya seorang ksatria muda bernama Bambang Sucitra yang sanggu mengalahkan Gandamana. Akhirnya Sucitra menjadi suami Gandawati, sekaligus menjadi pewaris singgasana Cempalaradya. Setelah Prabu Gandabayu wafat, Sucitra naik takhta menjadi raja Cempala dengan gelar Prabu Drupada.
Gandamana berwatak jujur, tidak banyak bicara, berjalan sesuai aturan,peduli pada tata tertib, mudah tersinggung dan bilamana perlu bertindak di luar batas. Ia juga pemberani, tidak takut kepada siapa pun.
Ketika menjadi patih Astina, Gandamana pernah difitnah oleh Harya Suman, adik dewi gendari yang menjadi istri Drestarastra.
Suatu saat, ketika Gandamana memimpin prajurit Astina menyerbu Kerajaan Pringgadani (dalam versi lain,kedatangan Gandamana ke Pringgodani bukan untuk menyerang namun justru mencegah terjadi perang), ia terjebak pada sebuah lubang dalam (bahasa jawa-luweng). Harya Suman yang ada dalam rombongan itu bukan segera bertindak untuk menolong Gandamana, tetapi justru meninggalkannya dan bahkan memerintahkan prajurit Astina pulang. Kepada Prabu Pandudewanata, Harya Suman melaporkan bahwa Gandamana ternyata tidak mampu memimpin prajurit, sehingga prajurit Astina kocar-kacir.
Harya Suman juga melaporkan bahwa Gandamana telah tewas dalam pertempuran. Prabu Pandu pun mempercayai laporan Harya Suman, ia kemudian mengangkat Harya Suman sebagai patih, menggantikan Gandamana.
Beberapa waktu kemudian, setelah Gandamana berhasil keluar dari luweng itu, Gandamana kembali ke Astina. Semua yang hadir kaget, melihat kedatangannya. Mereka tidak menyangka, gandamana masih hidup. Setelah menghaturkan sembah kepada Prabu Pandudewanata, tanpa bicara ia langsung menyeret Harya Suman keluar dari balairung.
Karena merasa dikhianati, tanpa ampun, Patih Gandamana menghajar Harya Suman sehingga cacat seumur hidup. Pada saat itu juga, Gandamana mengucapkan kutukannya; kelak pada saat baratayuda, harya Suman akan mati secara aniaya. Tubuh Harya SUman akan tercabik-cabik dan mulutnya yang selalu menyebar fitnah itu kelak akan diseobek musuhnya.Sejak tubuhnya cacat, Harya Suman mendapat julukan Sengkuni.
Setelah menghajar Harya Suman habis-habisan, Gandamana menghadap Prabu Pandudewanata untuk minta maaf atas kelancangannya menghajar patih baru Astina itu. Ia pun mengundurkan diri dari kedudukan sebagai patih Astina. Ia kemudian pulang ke Cempalaradya. Prabu Drupada menerima kepulangan Gandamana dengan sukacita dan kemudian mengangkat adik iparnya itu sebagai patih di Cempala.
Suatu saat, ketika Prabu Drupada sedang duduk di singgasana dengan dikelilingi para menteri dan hulubalang kerajaan, tiba-tiba datanglah seorang sahabat lama Prabu Drupada yang bernama Bambang Kumbayana.
Tanpa mengindahkan aturan dan sopan santun, Bambang Kumbayana langsung masuk ke ruangan balairung dan menyapa Prabu Drupada dengan nama kecilnya, yaitu Sucitra.
Perbuatan Bambang Kumbayan dinilai lancang, tidak sopan dan menyinggung perasaan patih Gandamana. Tanpa berkata-kata, ia langsung menyeret Bambang Kumbayana ke luar balairung dan menghajarnya hingga babak belur dan cacat seumur hidup. Bambang Kumbayana kemudian lebih dikenal dengan Drona.
Saat Dewi Drupadi, puteri Prabu Drupada sudah beranjak dewasa. Patih Gandamana menginginkan seorang seorang suami untuk keponakannya itu, Dengan izin Prabu Drupada, ia mengadakan sayembara. Ksatria yang dapat mengalahkannya berhak mendapatkan keponakannya.
Banyak raja dan pangeran yang ingin mempersunting Dewi Drupadi. Namun semuanya tidak ada yang mampu mengalahkan patih Cempala tersebut. Bima yang saat itu sedang menyamar menjadi seorang brahmana muda, muncu di gelanggang. Perkelahian sengit terjadi dan akhirnya dimenangkan oleh Bima yang berhasil menusukkan kuku Pancanaka ke tubuh Gandamana.
Menjelang kematiannya, Patih Gandamana sadar bahwa lawan yang dihadapinya adalah salah seorang Pandawa, putera Prabu Pandudewanata. Ia menanyakan hal itu dan dibenarkan oleh Bima. Saat itu juga, Gandamana mewariskan dua ilmunya pada Bima. Ilmu pertama adalah Aji Wungkal bener dan yang kedua adalah Bandung Bandawasa.