Irawan (Bambang Irawan)

0

Irawan atau Bambang Irawan adalah salah satu putera Arjuna. Ibunya bernama Dewi Palupi atau Dewi Ulupi, dari pertapaan Yasarata ada pula yang menyebutkan, Dewi Ulupi adalah putri Naga Korawya. Sejak kecil ia dibesarkan dan dididik oleh ibu dan kakeknya.

Bambang Irawan dikisahkan sangat mirip dengan Arjuna, baik ketampanannya maupun kesaktiannya. Ia memiliki istri yang bernama Dewi Titisari, salah seorang puteri Prabu Kresna, Raja Dwarawati.

Setelah usianya cukup dewasa dan mendengar kabar bahwa Bahratayudha akan segera pecah, ia minta diri pada ibu dan kakeknya untuk menghadap ayahnya. Ia ingin bergabung dengan saudara-saudaranya yang lain untuk membantu pihak pandawa.

Niat Irawan pun disetujui Ibu dan kakeknya.Namun Bambang Irawan ternyata tidak pernah sampai ke tujuan. Di tengah perjalanan, ia dicegat oleh seorang raksasa sakti bernama Kalasrenggi. Bambang Irawan mati terbunuh oleh Kalasrenggi pada hari ketujuh Baratayuda.

Mendengar berita kematian anaknya, Arjuna lalu mengamuk dan memburu Kalasrenggi. Raksasa ini akhirnya mati terkena panah pusaka Harda Dadali milik Arjuna.

Pada umumnya para dalang dalam menceritakan kematian Irawan memberikan kesan bahwa Irawan gugur karena menjadi tumbal bagi kejayaan pihak Pandawa dalam Baratayuda.

Namun dalam versi Mahabharata, Irawan gugur pada hari ke-delapan Baratayuda oleh Prabu Alambasa yang memihak Kurawa. Alambasa kemudian juga tewas pada hari ke-14 di tangan sepupu Irawan yaitu Gatotkaca.

Dalam pewayangan Bambang Irawan juga dikenal dengan nama lain, yakni Gambir Anom dan Bambang Jaganala. Nama Gambir Anom digunakan saat Irawan menjadi raja di Paranggupita, pada sebuah lakon carangan.

Pada lakon itu, Prabu Gambir Anom mempunyai seorang senopati wanita bernama Dewi Ladrangmungkung yang amat sakti. Ladrangmungkung bahkan berhasil membunuh Arjuna dan membawa jenazahnya ke hadapan Prabu Gambir Anom. Arjuna kemudian bangun dari kematiannya, sesudah ia diraba oleh Dewi Palupi.

 

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply