Kumbakarna

0

Kumbakarna adalah salah satu tokoh yang muncul dalam wiracarita Ramayana. Ia merupakan adik kandung Rahwana, raja raksasa dari Alengka. Wujud fisik Kumbakarna adalah raksasa yang sangat tinggi dan berwajah mengerikan. Namun ia memiliki sifat perwira, jujur, berani karena benar dan sering menyadarkan perbuatan kakaknya yang salah. Kelemahannya adalah ia tidur selama enam bulan dan selama ia tidur, Ia  tidak mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.

Kumbakarna adalah putera dari Begawan Wisrawa dengan Kekasi (Sukesi), puteri Prabu Sumali.Ia memiliki tiga saudara kandung, yaitu Rahwana, Wibisana dan Surpanaka. Sedangkan saudara tirinya adalah Kubera, Kara, Dusana dan Kumbini. 

Kumbakarna memiliki istri bernama Dewi Aswani. Mereka memiliki dua orang putera yang bernama Kumba dan Nikumba. Kumba tewas di tangan Sugriwa, sedangkan Nikumba gugur di tangan Hanoman.

Semasa mudanya, Kumbakarna bertapa bersama untuk memuja Dewa Brahma. Saat Dewa Brahma muncul untuk memberikan anugerah kepadanya, Ia memohon agar Dewi Saraswati masuk ke dalam mulutnya untuk membengkokan lidahnya. Oleh karena itu saat ia memohon “Indraasan” (Indrasan berarti tahta Dewa Indra), ia mengucapkan “Neendrasan” (Nindrsan berarti tidur abadi).

Karena merasa sayang kepada adiknya, Rahwana meminta Brahma agar membatalkan anugerah tersebut. Namun Brahma tidak berkenan membatalkan anugerahnya, tetapi ia meringankan anugerah tersebut agar Kumbakarna tidur selama enam bulan dan bangun selama enam bulan. Pada saat ia dalam masa tidur, ia tidak akan mengerahkan seluruh kekuatannya.

Sebagai seorang adik yang sayang dan peduli dengan kakaknya, Kumbakarna sering memberikan nasihat kepada Rahwana, bahwa apa yang dilakukannya adalah keliru. Tetapi meskipun ia tahu bahwa ia berada di pihak yang salah ia tetap setia kepada kakaknya, lebih tepatnya ia setia akan tanah airnya yaitu Alengka. Saat Rahwana kewalahan menghadapi Sri Rama, maka ia menyuruh Kumbakarna menghadapinya. Dan demi membela tanah tumpah darahnya, maka ia pun maju menghadapi Rama, ia berperang tanpa rasa permusuhan, ia melakukan itu semua hanya menjalankan kewajiban.

Saat Alengka diserbu oleh pasukan Rama, Kumbakarna saat itu sedang tertidur, maka Rahwana meminta pasukannya untuk membangunkannya. Utusan Rahwana membangunkannya dengan menggiring gajah agar menginjak-injak badannya, saat matanya terbuka, ia dihadapkan hidangan makanan. Setelah selesai menyantap makanan yang dihidangkan, Kumbakarna baru benar-benar terbangun dari tidurnya.

Setelah bangun, Kumbakarna menghadap Rahwana. Ia mencoba menasihati kakaknya tersebut, agar mengembalikan Sita dan menjelaskan bahwa tindakan kakaknya itu salah. Rahwana sedih mendegar nasihat adik yang sangat disayanginya itu, dan itu membuat Kumbakarna tersentuh. Tanpa memiliki rasa permusuhan terhadap Rama, Ia maju ke medan perang untuk menunaikan kewajibannya sebagai pembela negara, bukan untuk membela tindakan kakaknya.

Dalam peperangan itu, Kumbakarna banyak membunuh pasukan wanara dan juga berhasil melukai prajurit pilihan seperti Anggada, Sugriwa, Hanoman dan Nila (Anila). Rama dengan panah saktinya berhasil memutuskan kedua tangan Kumbakarna. Namun dengan kakinya, ia masih bisa menginjak-injak pasukan wanara. Rama kemudian memotong kaki kumbakarna dengan panahnya. Kumbakarna pun tak menyerah, meski tanpa tangan dan kaki, ia masih bisa mengguling-gulingkan badannya dan melindas pasukan wanara.

Rama kagum melihat keperkasaan Kumbakarna, namun ia tidak mau membuat Kumbakarna tersiksa terlalu lama. Ia akhirnya melepaskan panahnya yang terakhir. Panah tersebut memisahkan kepala Kumbakarna dari badannya, Kumbakarna gugur di pusat kota Alengka.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply