Nakula adalah Pandawa yang keempat, putera Prabu Pandu dengan Dewi Madrim. Ia memiliki saudara kembar yang bernama Sadewa. Nakula dan Sadewa adalah putera/titisan dari Dewa Aswin, yaitu Dewa Tabib Kembar.
Dalam kitab Mahabharata, Nakula adalah ksatria yang sangat tampan dan elok parasnya. Bahkan menurut Dropadi, ia adalah suami yang paling tampan di dunia. Oleh ketampanan yang dimilikinya, Nakula sering membanggakan ketampanannya.
Nakula memiliki keahlian dalam merawat kuda dan sapi. Ia adalah orang yang sangat menyenangkan,teliti dalam menjalankan tugasnya, dan dia memiliki kemahiran dalam memainkan senjata pedang.
Dalam Pewayangan Jawa, Nakula yang disebut juga dengan Pinten, dia pandai menunggang kuda dan memainkan senjata panah dan lembing. Ia juga tidak akan pernah lupa dengan segala hal yang diketahuinya, karena ia memiliki Aji Pranawajati, pemberian Ditya Sapujagad, yaitu Senapati Negara Mretani.
Nakula memiliki cupu yang berisi “banyu Pangaripan” atau “air kehidupan” pemberian Bathara Indra. Ia berwatak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan bisa menyimpan rahasia. Dia tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah Negara Amarta.
Nakula memiliki dua orang istri yaitu Dewi Sayati, Puteri Prabu Kridakirata, raja Negara Awuawulangit, dan Dewi Srengganawati puteri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai Wailu (Badawanangala dikenal sebagai raja Negara Gisiksamodra alias Ekapratala). Dari Dewi Sayati dia memperoleh dua putera yaitu Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati. Dan dari Dewi Srengganawati, memperoleh seorang puteri bernama Dewi Sritanjung, dan dari perkawinan itu Nakula mendapatkan anugerah cupu pusaka yang berisi air kehidupan Tirtamanik.
Nakula turut serta dalam pertempuran di Kurukshetra (Baratayuda. Setelah perang Bharatayuddha, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madri.
Dalam Kitab Prasthanikaparwa (kitab ke-17 dari Astadasaparwa Mahabharata), diceritakan bahwa Nakula meninggal dalam perjalanan ke puncak gunung Himalaya bersama para Pandawa yang lainnya dan juga istri mereka Dropadi. Namun sebelumnya, Dropadi terlebih dulu meninggal dan disusul saudara kembar Nakula yaitu Sadewa.
Saat Nakula terjerembab ke dalam tanah, Bima bertanya kepada Yudistira “Kakakku, adik kita ini sangat rajin dan penurut, ia juga tampan dan tidak ada yang menandinginya. Mengapa ia meninggal sampai disini?”. Kemudian Yudistira menjawab “ Memang benar bahwa ia sangat rajin dan senang menjalankan perintah kita. Namun ketahuilah, bahwa Nakula sangat membanggakan ketampanan yang dimilikinya. Karena sikapnya tersebut, ia hanya hidup sampai disini”.