Pertunjukkan wayang kulit merupakan warisan seni dan budaya Indonesia yang sangat indah dan harus dijaga kelestariannya. Dari suatu pertunjukkan wayang, kita bisa banyak belajar beragam pendidikan kesenian di dalamnya, mulai dari seni rupa,seni gerak, seni suara, seni musik dan juga seni sastra. Selain itu pendidikan moral pun bisa kita dapatkan di sana.
Salah satu yang bisa kita pelajari yaitu seni rupa dan seni ukir. Wayang kulit yang menjadi tokoh peraga dalam sebuah pertunjukkan wayang kulit ternyata melalui proses pembuatan yang cukup panjang. Mulai dari penyiapan bahan dasar pembuatanya, yaitu kulit yang biasanya dari kulit kerbau atau kulit sapi, sampai tahap pemasangan cempurit.
Proses Persiapan Bahan/pengolahan Kulit
Kulit yang bagus untuk membuat wayang kulit adalah biasanya adalah kulit kerbau atau sapi yang masih muda. Kulit yang masih muda memiliki serat-serat yang lebih halus sehingga akan lebih awet dan tidak mudah patah.
Proses pengolahan kulit adalah sebagai berikut:
- Kulit direndam dalam air selama satu hari, agar kulit menjadi lunak sehingga akan mempermudah proses selanjutnya.
- Setelah itu kulit dipentang kembali dan dijemur hingga kering.
- Kulit yang telah kering kemudian ditipiskan yaitu dengan cara dikerok. Bagian yang dikerok adalah sisa-sisa daging yang masih melekat pada kulit (bagian dalam) dan bagian yang masih ada rambutnya.
- Kulit yang sudah dikerok, kemudian dibersihkan dengan kain halus yang telah dibasahi air, dan untuk menghaluskannya, kulit diamplas (bisa menggunakan daun jati kering sebagai amplas).
- Kulit yang telah dikerok dan dihaluskan, lalu dijemur kembali hingga kering secara merata.
Proses Tatah Wayang
Diperlukan konsentrasi dan keterampilan serta rasa seni yang tinggi dalam tahap ini. Namun sebelum proses tatah, lembaran kulit yang telah disiapkan dibuat sketsa wayang yang akan dibuat. Proses ini disebut Nyorek (corek).
Peralatan Yang Digunakan
- Pandukan, yaitu landasan tatah yang terbuat dari kayu samba, kayu trenggulun atau kayu sawo.
- Tindih yaitu logam seberat sekitar 2,5 Kg, biasanya terbuat dari kuningan, namun terkadang juga ada yang terbuat dari besi. Tindih berfungsi untuk menekan atau memberati wayang kulit yang sedang ditatah. Sehingga kulit tidak bergeser kesana kemari sehingga hasilnya pun bagus.
- Tatah merupakan alat yang paling penting dalam proses tatah wayang kulit. Setidaknya harus tersedia 10 macam tatah dalam pembuatan wayang kulit ini. Namun pada dasarnya tatah bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu tatah lantas atau tatah lugas, yakni tatah yang mata tatahnya berupa garis lurus, dan tatah kuku yang mata tatahnya berupa lengkungan.
- Ganden yaitu semacam palu besar yang terbuat dari kayu (biasanya dari kayu asem atau sawo).
Selain peralatan utama di atas, ada beberapa peralatan tambahan yang digunakan diantaranya adalah jangka, paku corekan, pensil, mistar atau penggaris, penghapus dan batu asahan.
Jenis Tatahan
Setidaknya ada 16 macam jenis tatahan dalam seni kriya wayang kulit. Berikut ini adalah jenis-jenis tatahan pada Wayang Kulit gagrak Surakarta dan Yogyakarta.
1. Tatahan Tratasan
Tatahan ini digunakan untuk membuat pola semacam garis, baik garis lurus maupun yang melengkung lebar dan menyudut. Tatahan tratasan hampir selalu diselang-seling dengan tatahan bubukan, dengan maksud agar kulit di bagian yang ditatah itu tidak mudah patah atau robek.
2. Tatahan Bubukan
Berupa lubang-lubang kecil berderet, yang digunakan untuk membuat kesan gambaran garis. Biasanya tatahan bubukan diseling dengan tatahan tratasan. Tatahan berseling antara tratasan dengan bubukan ini juga disebut tatahan lajuran atau tatahan lajur saja.
3. Tatahan Untu Walang
Berupa garis-garis terputus. Alat yang digunakan untuk membuat tatahan untu walang adalah tatah trentenan. Tatahan untu walang disebut juga tatahan semut ulur.
4. Tatahan Bubuk Iring, atau Buk Iring
Berupa lubang-lubang yang membentuk deretan seperti huruf U. Biasanya tatahan ini digunakan untuk mengerjakan bagian wayang yang disebut ulur-ulur dan uncal kencana. Tatahan ini juga sering disebut bubuk ring atau bubukan iring.
5. Tatahan Kawatan
Disebut juga tatahan gubahan biasanya digunakan untuk `mengisi’ sumping, bagian praba, dan garuda mungkur.
6. Tatahan Mas-Masan
Berupa deretan selang- seling antara titik dan koma, yang biasanya digunakan untuk mengerjakan bagian uncal kencana, sumping, gruda mungkur, kalung dan jamang.
7. Tatahan Sumbulan
Biasanya dikombinasikan dengan tatahan mas-masan, digunakan untuk mengerjakan bagian kalung, jamang, dan sebagainya.
8. Tatahan Intan-intan
Digunakan untuk mengisi bagian sumping, berselang-seling dengan tatahan kawatan. Bentuk tatahan ini, yang juga disebut tatahan intan-intanan, seperti bunga mekar, tetapi hanya separuh.