Subadra

0

Subadra atau Sembadra juga dikenal dengan Dewi Mrenges, Dewi Rara Ireng, Dewi Bratajaya dan Dewi Kendengpamali,adalah puteri Prabu Basudewa (raja Kerajaan Surasena) dengan Dewi Rohini. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam wiracarita Mahabharata. Ia  memiliki dua orang kakak yaitu Kakrasana (Prabu Baladewa, raja Mathura), dan Narayana ( Prabu Kresna,raja Dwaraka). Subadra menikah dengan putera penengah Pandawa yaitu Arjuna, dan dikaruniai seorang putera bernama Abimanyu yang kemudian menurunkan Parikesit.

Subadra diyakini sebagai titisan Dewi Sri Widowati istri Bathara Wisnu, ia memiliki watak setia, murah hati, baik budi, sabar dan jatmika (selalu dengan sopan santun), menarik hati/merakati dan mudah tersinggung. Ia digambarkan sebagai puteri yangcantik, anggun, lembut, tenang, dan patuh kepada suaminya.

Kisah pertemuaanya dengan Raden Arjuna terjadi saat Arjuna menjalani masa pembuangan karena tanpa sengaja mengganggu Yudhistira yang sedang menikmati malamnya dengan Dropadi (istri kelima Pandawa). Arjuna kemudian berkunjung ke Dwaraka, kediaman Kresna, sepupunya (Dewi Kunti, ibu Arjuna bersaudara dengan Basudewa, ayah Kresna). Di sanalah Arjuna bertemu dengan Subadra.

Arjuna tertarik dengan kecantikan Subadra dan jatuh cinta padanya. Pada saat yang tepat akhirnya ia menyatakan cintanya, gayung bersambut, ternyata Ia pun memiliki perasaan yang sama dengan Arjuna. Kresna mengetahui hal itu dan mendukung Arjuna untuk menikahinya. Kresna kemudian menyiapkan kereta dan menyuruh mereka berdua untuk pergi ke Indraprastha (Amarta).

Baladewa marah, mengetahui bahwa adiknya kabur bersama Arjuna, namun berhasil ditenangkan oleh Kresna, ia menjelaskan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri dan dia sendiri yang mengendarai keretanya. Setelah mendengarkan penjelasan dari adiknya, Baladewa akhirnya menyetujui pernikahan Arjuna dan Subadra. Pernikahan Arjuna dan Subadra diadakan di istana Indraprastha yang juga dihadiri Baladewa dan Kresna.

Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang putera yang diberi nama Abimanyu atau dikenal juga Angkawijaya dalam pewayangan Jawa. Saat Pandawa menjalani masa pembuangan selama 12 tahun dan masa pengasingan selama satu tahun karena kalah bermain dadu dengan Korawa, Subadra dan Abimanyu tinggal di Dwaraka bersama kakaknya Kresna. Di sanalah, Abimanyu tumbuh menjadi pria yang gagah dan setara dengan ayahnya.

Saat perang besar di Kurukhsetra berkecamuk, Abimanyu dan Arjuna tuut ke medan laga, sementara ia tetap tinggal di Dwaraka. Saat itu, umur Abimanyu masih 16 tahun, ia adalah putera yang sangat dikasihi oleh Arjuna dan Subadra. Abimanyu gugur dalam pertempuran itu, tetapi ia sudah memiliki putera bernama Parikesit dari pernikahannya dengan Utara. Parikesit kemudian menggantikan Yudhistira, pamannya, menjadi raja Hastinapura. Subadra kemudian menjadi guru sekaligus penasihat bagi cucunya tersebut.

Dalam lakon Subadra larung dikisahkan, saat Prabu Baladewa menikah dengan Erawati, Dewi Subadra diajak sebagai patah (pengiring pengantin). Raden Burisrawa tergila-gila melihat Subadra dan bersumpah bahwa ia tidak akan menikah bila tidak dengan Dewi Subadra.

Saat tengah malam, Sembadra pergi mandi, di tengah jalan ia dihadang oleh Burisrawa, ia mendekati Subadra dan mencoba merayunya. Subadra tidak mau didekati yang menyebabkan Burisrawa jengkel dan mencabut kerisnya untuk menakut-nakuti Sembadra. Melihat hal itu, Subadra justru menyerbu kearah keris dan Subadra mati seketika terkena keris itu. Dengan pertimbangan Prabu Kresna, mayat Subadra dilarung, dihanyutkan dalam perahu di bengawan Silungangga.

Saat itu Gatotkaca, putera Werkudara dengan Dewi Arimbi, ditugaskan untuk mengawasi bibinya itu. Tersebutlah Raden Antareja, putera Werkudara, yang keluar dari bumi untuk menghadap ayahandanya, melihat mayat Dewi Subadra, kemudian menghidupkan kembali Subadra dengan cincin Mustikabumi.  Subadra kemudian menanyakan asal usul Antareja, bahagialah ia setelah mengetahui bahwa Antareja ternyata adalah kemenakannya sendiri.

Gatotkaca murka melihat ada laki-laki yang mendekati bibinya dan menuduh Antareja yang membunuh Wara Sumbadra. Terjadilah perkelahian diantara keduanya, namun perkelahian mereka bisa diredakan oleh Subadra yang menjelaskan bahwa mereka bersaudara. Mendengar hal itu, kedua putera Werkudara menjadi rukun dan bersama-sama mengawal bibinya untuk bertemu Raden Arjuna di Madukara.

Dalam lakon Wahyu Makutharama, diceritakan bahwa Dewi Subadra pernah berubah menjadi seorang laki-laki bernama Shintawaka atas bantuan  Bathara Narada. Saat itu di Amarta dilanda kecemasan karena, Arjuna yang sedang mencari wahyu Makuthrama tidak kunjung pulang. Hal itu juga membuat Dewi Subadra mengkhawatirkan suaminya, maka berdoalah ia bersama Dewi Srikandi (istri Arjuna lainnya), agar bisa mencari keberadaan sang suami dan bertemu dengannya.

Maka datanglah Bathara Narada yang mengubah wujud mereka menjadi ksatriya yang tampan, Subadra diberi nama Shintawaka dan Srikandi bernama Madusubrata. Kemudian keduanya pergi ke Kutarungu untuk mencari Arjuna.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply