Tokoh Wayang Golek (II)

0

Batara Bayu

Batara Bayu atau Batara Pawana Guru atau Batara Prabancana atau Batara Marut adalah Dewa yang menguasai angin. Dia tinggal di kahyangan Pangwalung. Ia adalh putera Batara Guru dengan Dewi Uma.

Batara Bayu memiliki beberapa ajian, salah satunya adalah Aji Bayubajra,yakni bisa mengeluarkan angin putting beliung untuk menyerang lawannya.

Beberapa muridnya adalah Anoman dn Bima. Mereka memiliki Kuku Pancanaka, yakni senjata pada kuku ibu jarinya.

Batara Guru

Batara Guru adalah putra Sanghyang Tunggal. Merajai tiga alam, alam Marcapada, alam Madyapada, dan alam Mayapada.

Batara Kresna

Batara Kresna adalah titisan Dewa Wisnu, yang menjadi raja kerajaan Dwarawati.
Ia ditugaskan untuk menyelesaikan segala macam permasalahan yang terjadi di muka bumi.

Batara Kresna memiliki senjata berupa Gambar Lopian yang bisa melihat keadaan di seluruh belahan penjuru dunia.

Batara Rama

Batara Rama atau Sri Rama atau Ramawijaya adalah putera Prabu Dasarata yang kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja di kerajaan Ayodya.

Sri rama menikah dengan Dewi Shinta setelag memenangkan sayembara menarik Busur Pusaka Kerajaan Mantili.

Saat masih muda, ia bernama Raden Regawa. Nama Rama ia dapakan setelah ia berhasil mengalahkan Rama Bergawa.

Cepot

Sastrajingga alias Cepot adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari Semar Badrayana dengan Sutiragen (sebenarnya Cepot lahir dari saung).

Cepot berwatak humoris, suka banyol ngabodor, tak peduli kepada siapapun baik ksatria, raja maupun dewa. Namun melalui humornya itulah ia member nasihat petuah dan kritik.

Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh dalang di tengah kisah. Cepot selalu menemani para ksatria, terutama Arjuna, Ksatria Madukara yang jadi majikannya.

Dalang menyampaikan pesan-pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat, kritik maupun petuah dan sindiran melalui cepot ini, yang disampaikan dengan gurauan/banyolan.

Dalam berkelahi atau perang, Sastrajingga biasanya menggunakan senjata bedog alias golok. Dalam pengembangannya Cepot juga punya senjata panah. Para denawa (raksasa/buta) biasa jadi lawannya.

Kehadirannya dalam setiap pagelaran wayang golek sangat dinanti-nanti karena kekocakannya. Asep Sunandar Sunarya menjadikan si Cepot sebagai kokojo / tokoh unggulan pada setiap pagelaran. Bahkan tanda tangan Asep Sunandar ditulis atas nama Cepot.

Dawala

Dawala adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Sangat setia menemani kakaknya Cepot kemana pun pergi.

Gareng

Gareng adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Gareng biasanya selalu di rumah saja membantu ibu Sutiragen melakukan berbagai pekerjaan rumah.

Denawa Acung

Denawa acung maksudnya wayang dengan karakter bertubuh kecil bersuara kecil. Biasanya dibawakan sebagai karakter yang mudah marah.

Denawa sendiri disebut bansa buta maksudnya adalah buta akan petunjuk-petunjuk agama, atau bisa disebut juga buta hati. Sehingga prilaku bangsa denawa biasanya mencuri, merampok, membunuh, dan prilaku jahat lainnya.

Denawa Calangap

Denawa calangap maksudnya wayang ini mulutnya bisa menganga. Biasanya oleh para dalang digunakan sebagai sebuah karakter yang hanya bisa mengucap vokal “A” saja. Contoh: “saya akan ka jakarta jalan pajajaran lantas tabrakan sama randa.”

Denawa Huntu

Denawa huntu maksudnya wayang dengan karakter giginya besar. Huntu artinya gigi.

Semar Badranaya

Semar Badranaya adalah penjelmaan dewa, yakni Batara Ismaya. Istrinya bernama Sutiragen putra Raja dari kerajaan Sekarnumbe. Anaknya bernama Cepot, Dewala dan Gareng. Di Sawarga Maniloka dia mempunyai anak yaitu Batara Surya.

Ia adalah tokoh wayang yang paling sakti dari semua tokoh wayang. Semar berkulit hitam, melambangkan telah dewasa atau matang baik dalam mental dan pemikiran.
Berwajah putih. Wajah adalah cerminan dari hati. Semar berhati putih, suci, bersih.

Berkantong kosong. Semar kosong atau bersih dari sifat sirik pidik jail kaniaya iren panastren dudumpak rurumpak ngupat sumuat ujug riya takabur nyaci maki siksik belik teu kaopan teu payaan bedegong buntangul buraong kedul dan lain sebagainya. Intinya kosong dari sifat-sifat buruk manusia.

Mempunyai bentuk unik. Disebut pria tapi berbuah dada dan berbokong besar. Disebut wanita tapi berjakun. Disebut masih anak-anak atau muda tetapi berkulit keriput. Disebut berdiri tapi duduk disebut duduk tetapi terlihat berdiri. Disebut sudah tua tetapi berkuncung di kepalanya. Bermakna setiap manusia baik pria, wanita, orang tua atau anak-anak muda seharusnya berhati bersih, suci seperti putihnya wajah semar.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply