Adat Pernikahan Betawi

0

Pada artikel sebelumnya sudah dibahas bagaimana adat pernikahan Yogyakarta, yang memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan daerah yang lain. Begitu juga dengan masyarakat Betawi, penduduk asli Jakarta ini memiliki adat tersendiri untuk mengadakan suatu upacara penikahanan. Berikut adalah tahapan prosesi pernikahan adat Betawi yang dimulai dengan tahapan Mak Comblang pada zaman dulu.

Mak Comblang (Ngedelengin)

Untuk mencari jodoh pemuda-pemudi betawi bebas memilih teman hidup mereka sendeiri. Namun, persetujuan orangtua kedua belah pihak adalah hal yang paling penting. Biasanya sebelum terlaksana pernikahan, ada satu tahapan yang harus dilalui sebelumnya, yaitu perkenalan langsung antara pria dan wanita. Bila sudah ada kecocokan, orangtua pemuda kemudian melamar ke orangtua si gadis.

Masa perkenalan dalam budaya betawi zaman dulu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui seorang Mak Comblang yang akan memperkenalkan kedua belah pihak. Istilah lain untukprossi ini adalah ngedelengin. Zaman dulu di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis yang dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orangtua si pemuda yang naksir gadis tersebut. Ngedelengin bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk si jejaka sendiri. Ngedelengin juga bisa dilakukan oleh orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.

Setelah menemukan calon yang disukai, Mak Comblang kemudian mengunjungi rumah si gadis. Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, Mak Comblang memberikan uang sembe (angpaw) kepada si gadis. Setelah keduanya ada kecocokan, sampailah pada penentuan wantu melamar. Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan ngelamar.

Ngelamar (Nglamar)

Ngelamar dalam masyarakat betawi berarti pernyataan dan permintaan resmi dan pihak keluarga laki-laki untuk melamar wanita kepada pihak keluarga wanita. Saat itu juga, keluarga pihak laki-laki mendapat jawabann persetujuan  atau penolakan atas maksud tersebut. Saat prosesi ini juga, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, diantaranya adalah mempelai wanita harus sudah tamat membaca Al-Quran. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk acara lamaran ini adalah :

  1. Sirih lamaran
  2. Pisang Raja
  3. Roti Tawar

Dan yang harus hadir dalam acara tersebut adalah, Mak comblang, dua pasang wakil orangtua dari calon tuan mantu  (pihak laki-laki), yang terdirii dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.

Bawa Tande Putus

Tande putus adalah memberikan barang atau biasanya berupa cincin belah rotan kepada none claon mantu sebagai tanda bahwa si gadis telah terikat dan tidak bisa diganggu gugat lagi oleh pihak lain. Pelaksanaan prosesi tande putus ini biasanya dilaksanakan satu minggu kemudian, di hari yang sama setelah acara lamaran (masyarakat betawi biasanya melangsungkan acara ngelamar pada hari rabu).

Pada prosesi ini, utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orng-orng adri keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayan. Pada acara ini dibicarakan hal-hal berikut ini :

  1. Apa Cingkrem (mahar) yang diminta
  2. Nilau uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
  3. Kekudang yang diminta
  4. Pelangke atau pelangkah jika ada abang atau empok yang dilangkahi
  5. Lama pesta pernikahan
  6. Perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara resepsi
  7. Siapa dan berapa banyak tamu yang diundang

Akad Nikah

Sebelum diadakan akad nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah yang terdiri dari:

  1. Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
  2. Acara mandiin calon pengantin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
  3. Acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih cantik dari biasanya.
  4. Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.

Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, tibalah pada pelaksanaan akad nikah. Calon tuan mantu berangkat menuju rumah calon none mantu dengan membawa rombongan yang biasa disebut rudat. Mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarga tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka. Sedangkann barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:

  1. sirih nanas lamaran
  2. sirih nanas hiasan
  3. mas kawin
  4. miniatur masjid yang berisi uang belanja
  5. sepasang roti buaya
  6. sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
  7. jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
  8. hadiah pelengkap
  9. kue penganten
  10. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa

Pada prosesi ini mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.

Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.

Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie berari harapan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.

Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, kedua mempelai diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dikenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.

Acara Negor

Sehari setelah akad nikah, tuan pengantin diperbolehkan nginep (bermalam) di rumah none pengantin. Namun saat itu, tuan pengantin tidak diijinkan untuk berkumpul dengan none pengantin layaknya suami istri. None pengantin harus mampu mempertahankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk berbicara pun, none pengantin harus jaga gengsi dan jual mahal. Namun, kewajiban sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperi melayani suami untuk makan, minum dan menyiapkan peralatan mandi.

Nah, untuk menghadapi sikap none pengantin, tuan pengantin harus bisa menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga meberikan uang tegor. Uang tegor ini tidak diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.

Pulang Tige Ari

Tahapan ini berlangsung  setelah tuan pengantin bermalam beberapa hari di rumah none pengantin. Dan diantara mereka sudah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraaan dari orangtua tuan pengantin bahwa anaknya memperoleh seoranggadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan pengantin akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakes pengantin kepada keluarga none mantu.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply