Kamajaya-Kamaratih Simbol Kerukunan Suami-Istri

0

Kisah Kamajaya dan Dewi Ratih atau Kamaratih memang tidak begitu terkenal dalam cerita pewayangan. Kamajaya dan Dewi Rath dikenal sebagai dewa-dewi cinta yang menjadi simbol kerukunan Ssuami istri.

Kamajaya adalah Dewa Cinta putera Sang Hyang Isma. Ia berparas elok, berbudi luhur,jujur, berhati lembut dan penuh kasih kepada istrinya. Begitu Juga dengan Kamaratih atau Dewi Ratih, ia adalah puteri Sang Hyang Resi Soma. Ia berparas sangat cantik dan berwatak seperti suaminya. Pasangan dewa-dewi ini saling menyayangi,mecintai, sangat rukun dan selalu menjaga kesetiaan lahir dan batin. Kamajaya dan Kamaratih tak pernah berpisahan.

Kasih sayang dan kerukunan mereka sebagai suami istri itu menjadikan mereka sebagai symbol kerukunan suami istri. Sehingga pada acara pernikahan masyarakat Jawa, sering terdengar wejangan untuk kedua mempelai agar pasangan suami istri tersebut bisa saling mencintai, rukun dan setia seperti Kamajaya dan Kamaratih. Dan bila kelak pasangan tersebut memiliki anak, diharapkan anak tersebut mempunyai sifat-sifat seperti Kamajaya (jika laki-laki), dan secantik Kamaratih (jika perempuan).

Selain itu, dalam acara tujuh bulanan atau mitoni dalam budaya Jawa, kelapa muda yang hendak dipecahkan ayah calon bayi sering dilukiskan atau dituliskan nama Kamajaya. Sebagai wujud dari buah cinta.

Salah satu kisah pewayangan Kamajaya dan Kamaratih tertulis dalam buku Smaradahana.

Suatu saat, Kahyangan akan diserbu oleh bala tentara raksasa yang dipimpin oleh Raja Nilarudraka. Para dewa tidak mampu menghadapi kesaktian Raja Nilarudraka. Seluruh dewa yang ada panik dan bingung bagaimana cara mengatasi bahaya itu, karena saat itu Batara Guru sedang bertapa. Para dewa kemudian mengadakan musyawarah dan keputusannya yaitu menunjuk Batara Kamajaya untuk membangunkan Batara Guru dari tapanya. Maka berangkatlah Batara Kamajaya ke pertapaan Batara Guru.

Sesampainya di pertapaan, Batara Kamajaya tidak berani mendekat untuk membangunkan Batara Guru. Maka ia menemukan akal untuk membangunkan sang raja Dewa tersebut. Kamajaya menggunakan panah bunga,yang bisa menyebarkan wangi-wangian bunga. Tetapi usahanya tidak berhasil. Maka ia kemudian menggunakan panah Panca Wisaya yaitu panah yang bisa menimbulkan rasa rindu kepada orang yang dituju. Seketika batara Guru timbul rasa rindunya kepada permaisurinya Dewi Uma. Batara Guru terbangun dari tapanya, tetapi betapa marahnya ia, ketika yang ia jumpai bukanlah Dewi Uma tetapi Batara Kamajaya.

Batara Guru memandang Batara Kamajaya dengan mata ketiga yang ada di dahinya. Pandangan itu memancarkan api yang menyala-nyala sehingga membakar Bathara Kamajaya hingga mati.

Dewi Ratih yang mendengar kabar bahwa suaminya mati terbakar sangat bersedih hati. Ia kemudian menysul ke tempat dimana suaminya terbakar. Ia memohon kepada Bathara Guru agar dibakar seperti suaminya, namun Bathara Guru menolak. Dewi Ratih pun langsung menghampiri suaminya yang apinya masih menyala-nyala hingga ia ikut terbakar. Pasangan suami istri dewa-dewi ini pun kembali menyatu dalam kobaran api tersebut.

Mengetahui kejadian itu, seluruh dewa berduka cita. Para dewa berusaha untuk memohonkan ampun atas kesalahan yang diperbuat Batara Kamajaya dan Batara Guru berkenan untuk menghidupkan kembali Batara Kamajaya dan Kamaratih.

Namun, Batara Guru tidak bisa mengabulkan permohonan itu. Namun Batara Guru memutuskan agar Batara Kamajaya tinggal pada setiap hati atau rasa orang laki-laki dan Dewi ratih tinggal pada setiap hati /rasa orang perempuan. Sehingga timbullah kelestarian, kedamaian dunia karena  antara laki-laki dan perempuan selalu timbul rasa cinta kasih.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply