Kilat Buwana

0

Prabu Duryudana kedaatangan tamu seorang brahmana yang bernama Kilatbuwana. Pendeta itu mempunyai keinginan untuk menggagalkan perang Baratayuda antara Pandawa dan Kurawa dengan jalan mempersatukan kedua belah pihak.

Sang Brahmana sanggup menyatukan, tetapi ada syarat yang harus dilakukan. Kilatbuwana menghendaki sesaji yang disertai tumbal orang bogasampir yaitu Kyai Semar. Duryudana menyetujui keinginan Kilatbuwana. Selanjutnya, Brahmangkara dan Indrasekti, putera Kilatbuwana diperintahkan untuk mencari dan membunuh Semar.

Sedangkan, Prabu Kresna yang hadir di Astina, menolak keinginan Kilatbuwana, sehingga terjadi perdebatan dan perkelahian.

Prabu Yudhistira yang menerima ajakan Kilatbuawana,, hatinya mangu-mangu. Maka, ia memerintahkan Abimanyu pergi ke Pertapaan Sapta Arga guna meminta nasihat Begawan Abiyasa. Sedangkan Arjuna diperintahkan Kilatbuwana untuk membunuh Semar .

Arjuna kemudian pergi ke Klampisireng. Setibanya disana, ternyata Semar sudah tahu maksud kedatangan Arjuna dan merelakan jiwanya demi majikannya. Arjuna segera membunuh Semar dengan cara dibakar dan abunya dibawa ke Astina.

Di pertapaan Tawangrukmi, ada seorang pendeta yang bernama Begawan Jatiwasesa atau Begawan Tunggulmanik sedang dihadap kedua anaknya, yakni Suryaseti dan Suryamangkara, menerima kedatangan Abimanyu yang ingin mengabdi.

Begawan Jatiwasesa kemudian memerintahkan anaknya, Suryamangkara, untuk menyampaikan surat penantang ke negeri Astina.

Pada waktu itu, Pandawa telah berada di Astina, begitu pula dengan Arjuna yang telah tiba dengan membawa abu jenazah Semar. Datanglah Suryamangkara yang menyampaikan surat tantangan. Kilatbuwana menerima tantangan itu dan segera menyiapkan perlawanan.

Jatiwasesa berhadapan dengan Kilatbuwana. Namun kemudian Kilatbuwana berubah menjadi Batara Guru. Bramangkara dan Indraseti berubah menjadi Brahma dan Indra. Sedangkan Jatiwasesa berubah menjadi Semar, Suryasekti dan Suryamangkara berubah ujud menjadi Gareng dan Petruk.

Batara Guru kemudian kembali ke kahyangan Suralaya. Baratayuda pun nyatanya tidak dapat dicegah dan tetap terjadi.

Share.

About Author

Hadisukirno adalah produsen Kerajinan Kulit yang berdiri sejak tahun 1972. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan 45 sub pengrajin yang melibatkan 650 karyawan. Gallery kami beralamat di Jl S Parman 35 Yogyakarta. Produk utama kami adalah wayang kulit dan souvenir. Kami menyediakan wayang kulit baik untuk kebutuhan pentas dalang, koleksi maupun souvenir. Kami selalu berusaha melakukan pengembangan dan inovasi untuk produk kami sesuai dengan selera konsumen namun tetap menjaga kelestarian budaya dan karya bangsa Indonesia. Dan atas anugerah Yang Maha Kuasa, pada tahun 1987 Hadisukirno mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja Bapak Sudomo untuk Produktivitas Dalam Bidang Eksport Industri Kerajinan Kulit, dengan surat tertanggal 29 Agustus 1987 dengan NOMOR KEP - 1286/MEN/1987.

Leave A Reply