Negara Pancala dipenuhi oleh kadang Pandawa, pasalnya Pancala atau Cempala mengadakan sayembara untuk mendapatkan jodoh untuk Srikandi. Siapa saja yang sanggup membuat atau memperbaiki taman Mowokoco akan dinikahkan dengan Dewi Srikandi.
Pandawa tahu bahwa Arjuna menginginkan bisa bersanding dengan Srikandi, yang tak lain adalah adik dari istri pertamanya, Sembadra. Namun ternyata, Larasati, istri kedua Arjuna cemburu karena hal ini.
Sebenarnya, Larasati disuruh oleh Sembadra untuk menguji Srikandi dalam olah keprigelan. Ternyata kemampuan Srikandi dan Larasati sama dan sebanding. Karena tidak menginginkan hal itu terus berlanjut, maka dibuatlah sayembara tersebut.
Sayembara itu rupanya membuat kerajaan Ceti mengirimkan dutanya. Duta tersebut berwujud raksasa datang ke paseban agung dan menyatakan ingin melamar Srikandi. Belum sempat raja Drupada sudah ditengahi oleh Drestajumna saudara Srikandi. Drestajumna menantang duta kerajaan Ceti tersebut agar mengurungkan niatnya.
Sang duta marah dan terjadilah perkelahian antara mereka. Raksasa keluar dari paseban agung dan diikuti Drestajumna. Raja Drupada khawatir, ia kemudian meminta Gatotkaca, Setyaki dan Antareja untuk mendampingi Drestajumna.
Perang antara Raksasa utusan kerajaan Ceti dengan Drestajumna serta para kadang Pandawa pun berlangsung. Secara bergantian raksasa itu melawan Drestajumna, Gatotkaca, Setyaki dan Antareja. Meski berkali-kali kalah, sang duta tetap memaksa maju. Hingga akhirnya dengan nasihat Togog, sang duta memilih pulang. Serangan gabungan dari Gatotkaca di udara dan Antareja di bumi membuat bingung sang raksasa. Kembalilah duta raksasa tersebut ke negeri Cethi.
Di negeri Cethi, Sang Raja Supala sedang muram, karena adiknya Supali menginginkan menikah dengan Srikandi. Sedangkan, Supala sangat membenci Kresna. Dia tahu Cempala sangat dekat dengan Pandawa dan pandawa itu dekat dengan Sri Kresna. Baginda Supala pun memberikan nasihat agar adiknya mengurungkan niatnya untuk menikah dengan Srikandi.
Saat itu, datanglah sang duta yang kemudian melaporkan bahwa lamaran ditolak, dan ia dikeroyok oleh tiga satria dari pihak Pandawa. Dengan penuh emosi, Prabu Supala berkata agar Supali mengurungkan niatnya. Namun tiba-tiba Supali nekad dan berkata akan merebut Srikandi dengan cara mencurinya dari kerajaan Cempala. Supalai bergegas meninggalkan paseban dan melesat ke Cempala.
Khawatir dengan keselamatan adiknya, Prabu Supala mengutus patihnya untuk menyusul adiknya. Jika nanti ada berita kemalingan dan malingnya tidak ketemu, berarti Supali selamat, namun juga sebaliknya, jika ada berita kemalingan dan malingnya ditangkap, sang patih jelas harus berperang menyelamatkan Supali.
Di tengah hutan, Arjuna dengan disertai Punakawan sedang bertirakat. Ajuna mengungkapkan kepada Ki Semar kalau dirinya bingung bagaimana cara membangun taman Mowokoco tersebut. Oleh karena itu, Arjuna menggelar laku prihatin dengan memasuki hutan dan bertirakat meminta petunjuk dewata.Punakawam ,enghibur dengan gending dan juga guyonan mereka. Tiba-tiba datanglah raksasa. Raksasa ini merupakan sebagain pasukan dari patih negara Cethi.
Terjadilah pertarungan seru dan sebagian pasukan raksasa tumpas dan yang lain lebih memilih melarikan diri. Turunlah Batara Kamajaya, beliau member hormat kepada Semar, ayahnya dan memberikan air kehidupan dalam cupu kepada Arjuna. Khasiat dari air kehidupan itu adalah bisa menghidupkan kembali apapaun yang musnah. Batara kamajaya menyuruh Arjuna untuk menyiramkannya di aman Mowokoco pada hari anggara kasih pas bulan purnama. Setelah itu Batara kajamaya kembali ke kahyangan. Arjuna dan Punokawa pun bergegeas ke Cempala.
Sementara itu, para pandawa yang lain menuju ke Hastina untuk meminta bantuan Hyang Drona. Kasak-kusuk terjadi saat Prabu Duryodana menerima kedatangan Sri Kresna dan Pandawa. Kurawa merencanakan sebuah siasat licik dan menerima permintaan Pandawa. Bersama Prabu Baladewa, Kurawa bergegas menuju Cempala. Sementara Hyang Drona bingung karena tidak tahu bagaimana caranya menghidupkan kembali taman Murwokoco.
Arjuna yang disertai Punokawan sampai di Cempala langsung menuju ke kaputren dan bretemu dengan Srikandi. Arjuna kemudian menaburkan air kehidupan di taman Morwokoco, sehingga taman berubah menjadi taman yang indah luar biasa.
Sementara itu Korawa beristirahat begitu sampai di Cempala. Karena lelah mereka tertidur, tanpa diduga, Supali berhasil mengambil senjata nenggala Prabu Baladewa. Gegerlah Cempala karena Prabu Baladewa kehilangan senjata. Drestajumna mengambil keputuasan siapa saja yang mengambil senjata nenggala akan dijatuhi hukuman mati.
Supali berhasil menyusup masuk ke taman hendak menculik Srikandi. Bertemulah ia dengan Arjuna. Arjuna begitu melihat senjata nenggala, berhati-hati dan mengatakan kepada Supali bahwa ia hanya seorang juru taman. Arjuna lalau meminta senjata dari tangan Supali. Karena tidak tahu kehebatan nenggala, Supali pun menyerahkannya kepada Arjuna. Saat Supali lengah, Arjuna menusukkannya ke dada Supali. Supali tewas dan oleh Arjuna mayat Supali diterbangkan dengan sepi angin ke negera asalnya.
Datanglah petruk dengan tergopoh-gopoh menghadap Arjuna, dia berkata bahwa ada woro-woro, siapa saja yang memegang senjata nenggala akan dijatuhi hukuman mati. Arjuna tertuduh karena memegang senjata nenggala. Arjuna menjadi bingung.
Kebetulan Werkudara dan Puntadewa juga ada di Cempala, maka diajaklah Arjuna oleh Petruk untuk bertemu dengan kedua kakaknya.Arjuna pun menceritakan apa yang terjadi kepada kedua kakaknya. Puntadewa tidak bisa mengambil keputusan. Akhirnya Werkudara mengambil nenggala dan menusukkannya ke dada Arjuna, tewaslah Arjuna.
Petruk protes kenapa Arjuna malah dibunuh, Werkudara hanya bilang agar Petruk nanti menurut saja kalau disuruh menjadi saksi. Kentongan tanda bahaya pun ditabuh.
Prabu Drupada, Drestajumna, Sri kresna, Baladewa datang ke tempat kentongan ditabuh. Mereka kemudian bertanya apa yang terjadi, kenapa Arjuna bisa terbunuh.
Werkudara bilang bahwa ia mendengar suara “gedebuk”, setelah ia lihat ternyata Arjuna sudah mati. Maka mereka menyepakati untuk melihat senjatanya. Dari senjata nanti bisa diketahui siapa pembunuhnya. Ketika melihat senjata nenggala, maka Werkudara berpura-pura menuduh Baladewa membunuh Arjuna. Baladewa bingung dan ketakutan karena justru dia baru kecurian senjata nenggalanya.
Akhirnya, Sri Kresna memutuskan untuk menghidupkan Arjuna agar lebih jelas perkaranya. Namun sebelum Arjuna dihidupkan, Werkudara meminta bahwa ketetapan siapa saja yang kedapatan membawa nenggala akan dihukum mati dicabut. Prabu Drupada bersedia mencabut putusan tersebut dan sekaligus menasihati Drestajumna agar tidak sembarangan mengeluarkan keputusan.
Dengan kembang Wijayakusuma, Kresna menghidupkan Arjuna. Setelah hidup kembali, Arjuna menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Arjuna pun tidak jadi dihukum mati, namun diminta membuktikan keberadaan mayat Supali. Arjuna segera pergi ke negara Cethi. Di sanalah, mayat Supali mendarat.
Supala sangat marah dan berniat menyerbu Cempala. Namun kemudian dipapak Arjuna sehingga terjadi perkelahian antara keduanya. Raja Supala berhasil dibekuk Arjuna dan dibawa ke Cempala.
Sesampainya di cempala, Supala mengakui bahwa adiknya, Supali mau mencuri Srikandi. Di depan prabu Drupada, Supala pun memaki-maki Sri Kresna. Sri Kresna tak menjawab dan justru meminta Prabu Drupada membebaskan Supala.
Sri Kresna kemudian ditanya kenapa ia tidak menjawab ketika dimaki-maki, maka Prabu Kresna menjawab, selama Supala tidak menghinanya di depan 100 orang, maka ia tak akan dibunuh. Supala akhirnya dibebaskan. (Supala di penggal kepalanya dengan cakra oleh Sri Kresna dalam lakon rajasuya karena menghina Kresna di depan 100 orang).
Srikandi pun akhirnya dinikah dengan Arjuna. Pernikahan dilakukan di Cempala. Sementara, rombongan Kurawa kembali ke Hastina tanpa pamit karena malu. Hyang Drona pun kembali ke Soka lima, dia merasa malu karena tidakmampu membangung taman Morwokoco.